Aku menadahkan tanganku kepada-Mu, jiwaku haus kepada-Mu seperti tanah yang tandus. —Mazmur 143:6
Saat itulah saya memahaminya. Saya baru saja melintasi padang gurun yang gersang itu dalam kemewahan dari sebuah bus dengan penyejuk udara dan persediaan air minum dingin yang melimpah. Bagi saya, sebuah oasis bukan sesuatu yang luar biasa. Bangsa Israel telah menghabiskan waktu bertahun-tahun berkelana di padang gurun yang panas dan gersang. Bagi mereka, padang rumput hijau yang terhampar di kejauhan berarti air menyegarkan yang dapat menunjang kehidupan mereka. Mereka terpanggang matahari; saya merasa sejuk. Mereka sangat kelelahan; saya bersantai. Mereka memerlukan 40 tahun untuk bisa tiba di tempat itu; saya hanya memerlukan 4 jam.
Seperti sebuah oasis, kebaikan Allah dapat ditemukan di tengah situasi yang gersang dan sulit. Saya membayangkan, betapa seringnya kita gagal melihat kebaikan-Nya karena kepekaan rohani kita ditumpulkan oleh kenyamanan yang kita nikmati. Terkadang anugerah Tuhan dapat terlihat dengan lebih jelas ketika kita merasa lelah dan haus. Kiranya kita selalu haus akan Dia (Mzm. 143:6). —JAL
Tuhanku, kiranya hasrat kami akan Engkau sama seperti seekor rusa
merindukan air yang sejuk dan menyegarkan. Tolong jangan biarkan
keberhasilan duniawi atau kenyamanan menghalangi kami
untuk melihat-Mu di setiap bagian hidup kami.
merindukan air yang sejuk dan menyegarkan. Tolong jangan biarkan
keberhasilan duniawi atau kenyamanan menghalangi kami
untuk melihat-Mu di setiap bagian hidup kami.
Yesus adalah satu-satunya sumber air yang dapat memuaskan jiwa yang dahaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar