Setiap orang pasti memiliki
sisi gelap, baik itu hal yang besar maupun kecil.Demikian juga dengan Maria
Shandi, pelantun lagu Bapa Sentuh Hatiku ini.Wanita cantik, pelantun lagu yang
sangat menyentuh ini ternyata pernah mengalami masa remaja yang bergejolak.
"Masa kecilku, bisa
dibilang masa kecil yang sangat indah.Puji Tuhan saya memiliki orang tua yang
sangat luar biasa.Saya Aku memiliki daddy yang baik banget, mama yang sangat
baik, mereka sudah seperti teman dekat saya.Dari keluarga ini saya belajar
kasih Yesus yang sangat luar biasa."
Dibesarkan dalam keluarga yang
penuh kasih dan dalam takut akan Tuhan, ternyata tidak membuat Maria Shandi
kebal terhadap kenakalan remaja.
"Pada waktu SMP kelas 1
dan 2 saya sempat nakal karena pengaruh pergaulan yang salah.Saya dulu bergaul
dengan teman yang merupakan primadona sekolah.Hal itu membuat saya bangga
karena bisa jalan sama mereka, dan menjadi pusat perhatian teman-teman."
Menjadi pusat perhatian membuat
Maria Shandi merasakan kebanggan palsu yang menjeratnya melakukan kenakalan
remaja.
"Dulu jika pelajarannya
ngga enak, saya cabut ke WC, bolos bersama teman-teman.Sebelumnya kami beli
makanan kecil di kantin, lalu kami makan bareng bareng sambil nge-gosip di
WC.Setiap semester, waktu ambil raport, nilainya banyak yang merah, karena ngga
pernah belajar.Setiap kali ambil raport mama pasti selalu dipanggil karena
nilai-nilainya jelek-jelek, kebakaran semua."
Hingga satu titik, sebuah
kejadian membuat Maria Shandi berpikir kembali mengenai semua yang telah
dilakukannya.
"Saya ketahuan bolos oleh
guru.Saya dipanggil bertiga dengan teman dekat saya, diminta keruang guru.Kami
di suruh buka sepatu dan satu-satu dipukulin pakai kayu.Sebenarnya rasanya sih
ngga sakit, tapi waktu itu saya merasa benar-benar salah. Rasanya saya membuat
nama Tuhan Yesus itu jelek banget melalui hidup saya."
Sejak itu Maria mulai
memutuskan untuk mengubah semua kebiasaan jeleknya, sekalipun itu artinya ia
harus kehilangan semua teman dekatnya.
"Setelah itu saya komitmen
ngga mau nyontek lagi, ngga mau bolos lagi. Dan saya mulai menghindar dari
teman-teman saya, karena saya tahu saya ngga akan bisa kalau saya terus bergaul
dengan mereka. Setelah saya putusin untuk ngga nyontek lagi, semua teman-teman
saya langsung ninggalin saya. Waktu mereka minta contekan saya ngga mau kasih,
dan saya pun ngga mau nyontek sama mereka. Waktu itu rasanya berat banget, dari
erat-eratnya temenan, lalu tiba-tiba saya ngga punya teman lagi.Rasanya sakit
banget, hal itu membuat saya berpikir, berarti mereka hanya mau temenan waktu
senang-senang aja.Tetapi waktu saya ingin berubah, mereka meninggalkan saya
begitu saja. Di rumah saya sempet nangis, saya bilang sama Tuhan ‘Aduh Tuhan,
saya mau berubah kok susah banget sih?' Tapi saya tetap pegang komitmen, saya
sadar bahwa saya punya sahabat yang ngga pernah ninggalin saya, yaitu Tuhan
Yesus.Dia selalu ada buat saya.Saya ngga ingin mempermalukan Tuhan Yesus,
selain itu saya juga ingin orang tua saya sedikit berbangga dengan nilai-nilai
saya."
Tuhan melihat komitmennya, dan
memberikan apa yang tidak pernah dibayangkannya.
"Ketika saya masuk ke
kelas yang baru, Tuhan kirimkan teman-teman yang baik buat saya.Saya bertemu
dengan teman-teman yang baru.Selain itu juga Tuhan mengangkat saya, waktu itu
saya kelas 3 semester pertama saya langsung dapat rangking pertama.Hal itu
membuat orang tua saya kaget, dari setiap ambil raport merah semua, lalu
tiba-tiba rangking pertama."
Dan inilah yang menjadi
keyakinan Maria Shandi, "Saat ini, walaupun ada orang yang menyakiti hati
saya, karena Tuhan sudah mengubahkan
hati saya, saya bisa mengampuni mereka. Mungkin dimata orang, hidup saya
baik-baik saja. Tapi saya juga ngga pernah tahu apa yang akan terjadi didepan
sana. Tapi yang saya yakin, Tuhan Yesus selalu menyediakan yang terbaik bagi
masa depan saya. Dan apapun yang terjadi, saya tahu Tuhan Yesus adalah sahabat
saya, dan Dia selalu ada buat saya." (Kisah ini sudah ditayangkan pada 19
November 2008 dalam acara Solusi Life di O'Channel)
Sumber Kesaksian:
Maria Shandi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar