Kamis, 20 September 2012

Masa Remaja Maria Shandi



Setiap orang pasti memiliki sisi gelap, baik itu hal yang besar maupun kecil.Demikian juga dengan Maria Shandi, pelantun lagu Bapa Sentuh Hatiku ini.Wanita cantik, pelantun lagu yang sangat menyentuh ini ternyata pernah mengalami masa remaja yang bergejolak.
 "Masa kecilku, bisa dibilang masa kecil yang sangat indah.Puji Tuhan saya memiliki orang tua yang sangat luar biasa.Saya Aku memiliki daddy yang baik banget, mama yang sangat baik, mereka sudah seperti teman dekat saya.Dari keluarga ini saya belajar kasih Yesus yang sangat luar biasa."
Dibesarkan dalam keluarga yang penuh kasih dan dalam takut akan Tuhan, ternyata tidak membuat Maria Shandi kebal terhadap kenakalan remaja.
"Pada waktu SMP kelas 1 dan 2 saya sempat nakal karena pengaruh pergaulan yang salah.Saya dulu bergaul dengan teman yang merupakan primadona sekolah.Hal itu membuat saya bangga karena bisa jalan sama mereka, dan menjadi pusat perhatian teman-teman."
Menjadi pusat perhatian membuat Maria Shandi merasakan kebanggan palsu yang menjeratnya melakukan kenakalan remaja.
"Dulu jika pelajarannya ngga enak, saya cabut ke WC, bolos bersama teman-teman.Sebelumnya kami beli makanan kecil di kantin, lalu kami makan bareng bareng sambil nge-gosip di WC.Setiap semester, waktu ambil raport, nilainya banyak yang merah, karena ngga pernah belajar.Setiap kali ambil raport mama pasti selalu dipanggil karena nilai-nilainya jelek-jelek, kebakaran semua."
Hingga satu titik, sebuah kejadian membuat Maria Shandi berpikir kembali mengenai semua yang telah dilakukannya.
"Saya ketahuan bolos oleh guru.Saya dipanggil bertiga dengan teman dekat saya, diminta keruang guru.Kami di suruh buka sepatu dan satu-satu dipukulin pakai kayu.Sebenarnya rasanya sih ngga sakit, tapi waktu itu saya merasa benar-benar salah. Rasanya saya membuat nama Tuhan Yesus itu jelek banget melalui hidup saya."
Sejak itu Maria mulai memutuskan untuk mengubah semua kebiasaan jeleknya, sekalipun itu artinya ia harus kehilangan semua teman dekatnya.
"Setelah itu saya komitmen ngga mau nyontek lagi, ngga mau bolos lagi. Dan saya mulai menghindar dari teman-teman saya, karena saya tahu saya ngga akan bisa kalau saya terus bergaul dengan mereka. Setelah saya putusin untuk ngga nyontek lagi, semua teman-teman saya langsung ninggalin saya. Waktu mereka minta contekan saya ngga mau kasih, dan saya pun ngga mau nyontek sama mereka. Waktu itu rasanya berat banget, dari erat-eratnya temenan, lalu tiba-tiba saya ngga punya teman lagi.Rasanya sakit banget, hal itu membuat saya berpikir, berarti mereka hanya mau temenan waktu senang-senang aja.Tetapi waktu saya ingin berubah, mereka meninggalkan saya begitu saja. Di rumah saya sempet nangis, saya bilang sama Tuhan ‘Aduh Tuhan, saya mau berubah kok susah banget sih?' Tapi saya tetap pegang komitmen, saya sadar bahwa saya punya sahabat yang ngga pernah ninggalin saya, yaitu Tuhan Yesus.Dia selalu ada buat saya.Saya ngga ingin mempermalukan Tuhan Yesus, selain itu saya juga ingin orang tua saya sedikit berbangga dengan nilai-nilai saya."
Tuhan melihat komitmennya, dan memberikan apa yang tidak pernah dibayangkannya.
"Ketika saya masuk ke kelas yang baru, Tuhan kirimkan teman-teman yang baik buat saya.Saya bertemu dengan teman-teman yang baru.Selain itu juga Tuhan mengangkat saya, waktu itu saya kelas 3 semester pertama saya langsung dapat rangking pertama.Hal itu membuat orang tua saya kaget, dari setiap ambil raport merah semua, lalu tiba-tiba rangking pertama."
Dan inilah yang menjadi keyakinan Maria Shandi, "Saat ini, walaupun ada orang yang menyakiti hati saya,  karena Tuhan sudah mengubahkan hati saya, saya bisa mengampuni mereka. Mungkin dimata orang, hidup saya baik-baik saja. Tapi saya juga ngga pernah tahu apa yang akan terjadi didepan sana. Tapi yang saya yakin, Tuhan Yesus selalu menyediakan yang terbaik bagi masa depan saya. Dan apapun yang terjadi, saya tahu Tuhan Yesus adalah sahabat saya, dan Dia selalu ada buat saya." (Kisah ini sudah ditayangkan pada 19 November 2008 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian:
Maria Shandi

Tidak ada komentar: