Jumat, 11 Mei 2012

CINTA SEORANG SUAMI

Dilihat dari usianya 58 tahun, Bapak Suyatno sudah tidak muda lagi, Pak Suyatno kesehariannya diisi dengan merawat Isterinya yang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka dikarunia 4 orang anak.
Awal cobaan menerpa, di saat Isterinya melahirkan anak keempat, dimana tiba-tiba kaki Isterinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun, dan menginjak tahun ketiga, seluruh tubuh Isterinya menjadi melemah bahkan serasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak dapat digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, menyuapi, dan mengangkat Isterinya ke atas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia mengangkat Isterinya ke depan TV supaya Isterinya tidak merasa kesepian. Walau Isterinya tidak dapat berbicara, namun dia selalu melihat senyuman di wajah Isterinya

Untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya, sehingga siang hari dia bisa pulang untuk menyuapi Isterinya makan siang. Sore harinya dia pulang untuk memandikan Isterinya, mengganti pakaiannya dan selepas maghrib dia temani Isterinya nonton TV sambil bercerita tentang apa saja yang dia alami seharian. Walau Isterinya hanya bisa memandang dan tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia selalu menggoda Isterinya setiap mau berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat Isterinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari, ke empat anak Pak Suyatno berkumpul di rumah orang tua mereka sambil menjenguk Ibunya. Karena setelah anak-anak mereka menikah dan sudah tinggal dengan keluarga masing-masing namun Pak Suyatno memutuskan untuk tetap merawat Isterinya. Yang Pak Suyatno inginkan hanya satu, agar semua anak-anaknya dapat hidup bahagia.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yg sulung berkata: " Bapak, kami ingin sekali merawat Ibu, sejak kami masih kecil Bapak telah merawat Ibu, namun tidak ada sedikit pun keluhan keluar dari bibir Bapak, bahkan Bapak tidak ijinkan kami untuk menjaga Ibu". Dengan air mata berlinang anak yang sulung melanjutkan kata-katanya " Sudah yang keempat kalinya kami memberikan ijin kepada Bapak agar Bapak dapat menikah lagi, dan kami rasa Ibu pun pasti akan mengijinkannya. Kapan lagi Bapak dapat menikmati masa tua Bapak, dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat Bapak. Dan Kami semua anak-anak Bapak berjanji bahwa kami akan merawat Ibu sebaik baiknya secara bergantian".

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga oleh anak-anak-nya: " Anak-anakku... Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin Bapak akan menikah lagi. Namun ketahuilah, dengan adanya Ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup, dialah yang telah melahirkan kalian.."

Sejenak kerongkongan Pak Suyatno tersekat, dan meneruskan kata-katanya: "..Kalian anak-anakku yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun juga. Coba kalian tanyakan Ibu kalian yang sedang sakit ini; apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini.? Kalian menginginkan Bapak bahagia, apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibu kalian dengan keadaanya seperti sekarang ini, kalian menginginkan Bapak yang masih diberi TUHAN kesehatan dirawat oleh orang lain? Bagaimana dengan Ibu kalian yang masih dalam keadaan sakit ini?"

Sejenak meledaklah tangisan anak-anak Bapak Suyatno...
Mereka juga melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu mereka.. yang dengan rasa pilu menatap mata Suami yang sangat mencintainya itu..

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber. Mereka mengajukan pertanyaan kepada Bapak Suyatno, mengapa dia mampu bertahan selama 25 tahun merawat Isterinya yang sudah tidak bisa apa-apa lagi.

Di saat itulah meledak tangis beliau di studio, demikian juga dengan tamu yang hadir pada saat acara yang kebanyakan kaum perempuan pun tidak sanggup menahan haru. Di situlah Bapak Suyatno bercerita ;
"... Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan. Saya memilih Isteri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat dia pun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan batinnya, bukan hanya dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama, dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya? Seandainya Isteri saya masih sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya, apalagi di saat Isteri saya dalam keadaan sakit seperti ini..!!
Kalau bukan saya, siapa lagi yang akan memperhatikannya, merawatnya, menghiburnya dan menguatkannya.??"

  Dikirim Oleh: Markus Hutagalung

Tidak ada komentar: