Minggu, 19 Agustus 2012

T.B. SIMATUPANG TOKOH GEREJA DAN MILITER INDONESIA


Tahi Bonar Simatupang atau yang lebih kita kenal dengan nama T.B. Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, 28 Januari 1920 dan meninggal di Jakarta, 1 Januari 1990 pada usia 69 tahun. Ia  adalah seorang tokoh militer dan Gereja di Indonesia. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

·         Latar belakang

Simatupang dilahirkan dalam sebuah keluarga sederhana. Ayahnya Simon Mangaraja Soaduan Simatupang, terakhir bekerja sebagai pegawai kantor pos. Simatupang menempuh pendidikannya di HIS Pematangsiantar dan lulus pada 1934. Ia melanjutkan sekolahnya di MULO Tarutung 1937, lalu ke AMS di Jakarta dan selesai pada 1940. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Simatupang mendaftarkan diri dan diterima di Koninklije Militaire Academie (KMA)  akademi untuk anggota KNIL, di Bandung dan selesai pada 1942, bertepatan dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia yang kemudian merebut kekuasaan dari pihak Belanda.

·         Ikut berjuang

Dalam masa perjuangan dan mempertahankan kemerdekaan, Simatupang turut berjuang melawan penjajahan Belanda. Pada tahun  1948-1949 TB Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI dan kemudian pada tahun 1950-1954 dalam usia yang sangat muda ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI. Pada tahun 1954-1959 ia diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen Pertahanan RI. Ia kemudian mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal dari dinas aktifnya di kemiliteran karena perbedaan prinsipnya dengan Presiden Soekarno pada waktu itu.

·         Aktivitas setelah purnawira

Simatupang pernah mengatakan bahwa ada tiga Karl yang memengaruhi hidup dan pikirannya, yaitu Carl von Clausewitz, seorang ahli strategi kemiliteran, Karl Marx dan Karl Barth, teolog Protestan terkemuka abad ke-20. Seluruh kehidupan Simatupang mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu. Setelah melepaskan tugas-tugas aktifnya sebagai militer, Simatupang terjun ke pelayanan Gereja dan aktif menyumbangkan pemikiran-pemikirannya tentang peranan Gereja di dalam masyarakat.
Dalam aktivitas gerejawinya itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Ketua Dewan Gereja-gereja Asia, Ketua Dewan Gereja-gereja se-Dunia, dll.
Di lingkungan kemasyarakatan, Simatupang menjabat sebagai Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia dan Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM). Ia bahkan merupakan salah satu pencetus lembaga pendidikan ini, ketika di Indonesia belum banyak orang yang memikirkannya. Simatupang percaya bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menguasai ilmu manajemen di dalam perusahaan maupun di tengah masyarakat. Pada 1969 Simatupang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa, Oklahoma, Amerika Serikat.

·         Keluarga

Simatupang menikah dengan Sumarti Budiardjo yang adalah adik dari teman seperjuangannya Ali Budiardjo. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia. Salah seorang di antaranya meninggal. Ia dikarunia empat cucu, yaitu: Satria Mula Habonaran, Larasati Dameria, dan Kezia Sekarsari, serta Hizkia Tuah Badia. (Rizky : Wikipedia)

Tidak ada komentar: