Tahi Bonar Simatupang atau
yang lebih kita kenal dengan nama T.B. Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera
Utara, 28 Januari 1920 dan
meninggal di Jakarta, 1
Januari 1990 pada
usia 69 tahun. Ia adalah seorang tokoh militer dan Gereja di
Indonesia. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di
kawasan Cilandak, Jakarta
Selatan.
· Latar belakang
Simatupang dilahirkan dalam sebuah
keluarga sederhana. Ayahnya Simon Mangaraja Soaduan Simatupang, terakhir
bekerja sebagai pegawai kantor pos. Simatupang menempuh pendidikannya di HIS
Pematangsiantar dan lulus pada 1934.
Ia melanjutkan sekolahnya di MULO Tarutung 1937,
lalu ke AMS di Jakarta dan selesai pada 1940.
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya, Simatupang mendaftarkan
diri dan diterima di Koninklije Militaire Academie (KMA) akademi untuk anggota KNIL,
di Bandung dan selesai pada 1942,
bertepatan dengan masuknya tentara Jepang
ke Indonesia yang kemudian merebut kekuasaan dari pihak Belanda.
· Ikut berjuang
Dalam masa perjuangan dan mempertahankan
kemerdekaan, Simatupang turut berjuang melawan penjajahan Belanda. Pada tahun 1948-1949
TB Simatupang diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Perang RI dan
kemudian pada tahun 1950-1954
dalam usia yang sangat muda ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Perang RI. Pada tahun 1954-1959
ia diangkat sebagai Penasihat Militer di Departemen
Pertahanan RI. Ia
kemudian mengundurkan diri dengan pangkat Letnan Jenderal dari dinas aktifnya
di kemiliteran karena perbedaan prinsipnya dengan Presiden Soekarno pada waktu itu.
· Aktivitas setelah purnawira
Simatupang
pernah mengatakan bahwa ada tiga Karl yang memengaruhi hidup dan
pikirannya, yaitu Carl
von Clausewitz, seorang
ahli strategi kemiliteran, Karl Marx dan Karl Barth, teolog Protestan terkemuka abad ke-20. Seluruh kehidupan Simatupang
mencerminkan peranan ketiga pemikir besar itu. Setelah melepaskan tugas-tugas
aktifnya sebagai militer, Simatupang terjun ke pelayanan Gereja dan aktif
menyumbangkan pemikiran-pemikirannya tentang peranan Gereja di dalam
masyarakat.
Dalam aktivitas gerejawinya itu, ia
pernah menjabat sebagai Ketua Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia,
Ketua Majelis Pertimbangan PGI, Ketua Dewan
Gereja-gereja Asia,
Ketua Dewan
Gereja-gereja se-Dunia,
dll.
Di
lingkungan kemasyarakatan, Simatupang menjabat sebagai Ketua Yayasan Universitas
Kristen Indonesia dan
Ketua Yayasan Institut Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen (IPPM). Ia
bahkan merupakan salah satu pencetus lembaga pendidikan ini, ketika di
Indonesia belum banyak orang yang memikirkannya. Simatupang percaya bahwa
Indonesia membutuhkan pemimpin-pemimpin yang menguasai ilmu manajemen di dalam
perusahaan maupun di tengah masyarakat. Pada 1969
Simatupang dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Tulsa,
Oklahoma, Amerika Serikat.
· Keluarga
Simatupang menikah dengan Sumarti
Budiardjo yang adalah adik dari teman seperjuangannya Ali Budiardjo. Pasangan ini dikaruniai empat orang
anak, yaitu: Tigor, Toga, Siadji, dan Ida Apulia. Salah seorang di antaranya
meninggal. Ia dikarunia empat cucu, yaitu: Satria Mula Habonaran, Larasati
Dameria, dan Kezia Sekarsari, serta Hizkia Tuah Badia. (Rizky : Wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar