Kamis, 06 September 2012

MERENUNGI AWAN

Tahukah engkau tentang melayangnya awan-awan? —Ayub 37:16
 Pada suatu hari bertahun-tahun yang lalu, saya dan putra-putra saya berbaring di halaman memandangi awan yang berarak. Salah seorang putra saya bertanya, “Ayah, mengapa awan melayang?” “Begini, Nak,” saya mulai menjawab dengan maksud menyuguhkan informasi yang bersumber dari pengetahuan luas yang saya miliki, tetapi kemudian saya terdiam. “Ayah tidak tahu,” saya mengaku, “tetapi ayah akan mencari tahu jawabannya.”
Jawaban yang saya temukan menyatakan bahwa ada embun yang terkondensasi turun karena adanya gaya gravitasi lalu bertemu dengan suhu hangat yang naik dari bumi. Embun tersebut kemudian berubah menjadi uap yang naik kembali ke udara. Itulah penjelasan alamiah dari fenomena tersebut.
Akan tetapi penjelasan alamiah bukanlah jawaban satu-satunya. Awan dapat melayang karena Allah di dalam hikmat-Nya telah mengatur hukum alam sedemikian rupa sehingga ciptaan-Nya itu menyingkapkan “keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu” (Ayb. 37:16). Oleh karena itu, awan dapat dianggap sebagai suatu lambang—suatu tanda yang terlihat nyata dari kebaikan dan anugerah Allah dalam karya ciptaan-Nya.
Jadi suatu hari nanti jika Anda meluangkan waktu untuk melihat bentuk-bentuk apa yang dapat Anda bayangkan dari awan yang berarak, ingatlah ini: Allah yang membuat segala sesuatu indah menciptakan awan yang melayang di udara. Dia melakukannya supaya kita terpesona dan mengaguminya. Langit—awan kumulus, awan stratus, dan awan sirus juga—menceritakan kemuliaan Allah. —DHR
Ciptaan Tuhan akan kau kagumi
Saat kau mengamatinya tiap hari;
Biarkan imajinasimu melayang tinggi
Saat hasil karya-Nya kau nikmati. —Branon
Karya ciptaan mengandung beragam tanda yang menunjukkan siapa Penciptanya.


Tidak ada komentar: