an Hus, juga dikenal sebagai Yohanes Hus (sekitar 1369 - 1415) adalah seorang pemikir dan reformator agama dari Ceko (yang saat itu tinggal di wilayah itu
dan dikenal sebagai Bohemia). Ia memulai suatu gerakan keagamaan
yang didasarkan pada gagasan-gagasan John
Wycliffe. Para pengikutnya dikenal sebagai kaum Hussit. Gereja
Katolik menganggap ajaran-ajarannya sesat, dan Hus dikucilkan pada 1411, dikutuk oleh Konsili
Konstanz, dan dibakar di tiang pada 6
Juli 1415, di Konstanz, Jerman.
Hus adalah seorang perintis gerakan Protestan. Tulisan-tulisannya yang luas
menyebabkan ia menduduki tempat terkemuka dalam sejarah sastra Ceko. Ia pun
memperkenalkan penggunaan diakritik (khususnya tanda baca háček) dalam ejaan Ceko untuk mewakili
masing-masing suara dengan sebuah simbol. Sekarang patung Jan Hus terdapat di
lapangan lama di kota Praha, yang disebut Staroměstské náměstí.
Hari Jan Hus (Den upálení mistra Jana Husa) pada 6 Juli adalah peringatan eksekusi Jan Hus, adalah sebuah hari libur di Republik Ceko.
John Hus
dilahirkan di Husinec
(75 km selatan-barat daya dari Praha) pada atau sekitar tahun 1369
|
§ Pengaruh Wycliffe di Bohemia
Setelah
pernikahan saudara perempuan Raja
Wenceslaus, Anne, dengan Richard II dari Inggris pada 1382,
tulisan-tulisan John Wycliffe jadi dikenal di Bohemia. Sebagai mahasiswa, Hus
sangat tertarik dengannya, khususnya oleh realisme filsafatnya.
Tulisan-tulisan
teologis Wycliffe dibawa ke Bohemia sekitar 20 tahun kemudian, pada 1401 atau 1402, oleh Hieronimus dari Praha, dan
juga disebarkan secara luas. Hus, yang saat itu telah menjadi seorang sarjana
dan pengkhotbah sinode
dalam usia 30-an tahun, tergerak olehnya. Ia diyakinkan akan perlunya
pembaharuan gerejawi. Universitas Praha berjuang
melawan penyebaran doktrin-doktrin baru ini,
dan pada 1403
melarang bantahan terhadap 45 tesis yang diambil sebagian dari Wycliffe. Uskup
Agung Zbyněk Zajíc naik takhta pada 1403; ia dan Hus
mulanya menjalin hubungan yang baik, sebagian karena reputasi besar Hus sebagai
seorang pengkhotbah yang hebat, tetapi pada 1405 Uskup Agung merasa
terpaksa untuk menyingkirkannya karena serangan-serangannya yang tajam kepada
kaum agamawan.
§ Skisma kepausan
Sekitar
1408 Universitas Praha tercabik-cabik oleh skisma kepausan yang
berkelanjutan; dalam pertikaian ini Gregorius XII
dan Benediktus
XII (kini dianggap sebagai anti-paus)
sama-sama mengklaim kedudukan sebagai paus. Raja Wenceslaus merasa Gregorius XII
akan mencampuri rencananya untuk dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci; karena itu, ia menolak
Gregorius dan memerintahkan para pejabat gerejanya untuk
bersikap sama sekali netral terhadap kedua paus, dan mengatakan bahwa ia pun menuntut hal
yang sama dari Universitas tersebut. Namun demikian, Uskup Agung Zbyněk
Zajíc tetap setia kepada Gregorius, dan di Universitas daerah itu merupakan
satu-satunya "bangsa Bohemia" (satu dari empat kelompok yang memiliki
hak memilih), bersama Hus sebagai pemimpin dan juru bicaranya, yang menyatakan
diri netral. Sebagai tanggapan, Wenceslaus, yang dimulai oleh Hus dan para
pemimpin Bohemia lainnya, mengeluarkan sebuah dekreit di Kutná Hora bahwa bangsa
Bohemia kini harus mempunyai tiga suara (dan bukan hanya satu) dalam semua
urusan Universitas, sementara bangsa-bangsa asing, khususnya Jerman, harus
mempunyai satu suara saja. Akibatnya antara 5.000 hingga 20.000 para doktor,
magister, dan mahasiswa Jerman meninggalkan Universitas tersebut pada 1409, dan mendirikan Universitas Leipzig, di
antaranya. Dengan demikian Praha kehilangan kedudukannya yang penting di dunia
internasional dan menjadi sebuah sekolak Ceko, meskipun kaum emigran
menyebarkan berita tentang ajaran-ajaran sesat Bohemia di seluruh Eropa.
Uskup
Agung jadi terasing dan Hus mencapai puncak kemasyhurannya. Ia menjadi rektor
pertama Universitas Ceko, dan menikmati dukungan istana.
Sementara itu, pandangan-pandangan doktriner Wycliffe telah menyebar di seluruh
negeri.
Pada
1409, dalam upaya untuk mengakhiri skisma kepausan, Konsili Pisa
bertemu untuk memilih paus yang baru yang akan menyingkirkan dua paus lainnya.
Pertemuan ini gagal dan paus yang mereka pilih, Alexander V, tidak
mengakhiri kesetiaan kepada dua paus lainnya. Kini ia dianggap sebagai
anti-paus. Namun demikian, Hus dan para pengikutnya, selain Raja Wenceslaus,
mengalihkan kesetiaan mereka kepada Alexander V. Di bawah tekanan dari
Wenceslaus, Uskup Agung Zbyněk akhirnya melakukan hal yang sama. Uskup
Agung kemudian mengajukan keluhan-keluhannya ke hadapan takhta kepausan
Alexander V, dan menuduh para pengikut Wycliffe melakukan gangguan-gangguan
gerejawi. Alexander V kemudian mengeluarkan bula
kepausannya tertanggal 20 Desember
1409, yang memberikan
kuasa kepada Uskup Agung untuk melakukan tuntutan terhadap Wycliffisme — semua
buku karya Wycliffe harus diserahkan, doktrin-doktrinnya disangkal, dan
pemberitaan khotbah yang bebas dihentikan. Setelah terbitnya bula ini pada
1410, Hus mengajukan banding kepada Alexander V, tetapi sia-sia; semua buku dan
naskah yang berharga itu dibakar, dan Alexander V mengucilkan Hus dan para
pengikutnya. Kerusuhan terjadi di berbagai bagian Bohemia.
Pemerintah
memihak kepada Hus, dan kekuasaan para pengikutnya meningkat dari hari ke hari.
Ia terus berkhotbah di kapel Betlehem, dan kian hari kian berani dalam
melontarkan tuduhan-tuduhannya terhadap Gereja. Gereja-gereja di kota itu
dikenai larangan, dan tuduhan diajukan kepada Praha, namun tanpa hasil.
§ Indulgensia
Uskup
Agung Zbyněk Zajíc meninggal pada 1411, dan dengan kematian
nya, gerakan keagamaan di Bohemia memasuki suatu tahap yang baru— pertentangan
mengenai indulgensia muncul. Pada 1411, Yohanes XXIII
menyatakan Perang Suci melawan Raja Ladislaus dari Napoli,
pelindung Gregorius XII. Di Praha perang itupun
dikhotbahkan, dan para penganjur indulgensia mendesak rakyat agar memenuhi
gereja-gereja dan memberikan persembahan mereka. Maka berkembanglah perdagangan
indulgensia. Hus, mengikuti teladan Wycliffe, mengangkat suaranya menentang
indulgensia dan menulis perjuangan perlawanannya yang terkenal. Namun ia tidak
dapat melakukannya dengan orang-orang di Universitas. Pada 1412 terjadilah
pertentangan. Pada kesempatan itu Hus menyampaikan khotbahnya yang berjudul Quaestio
magistri Johannis Hus de indulgentiis. Khotbahnya itu diambil secara
harafiah dari bab terakhir buku Wycliffe, De ecclesia, dan traktatnya, De
absolutione a pena et culpa. Menurut Wycliffe dan Hus, tak seorang paus
atau uskup pun yang berhak mengangkat pedang atas nama Gereja; seharusnya ia
berdoa untuk musuh-musuhnya dan memberkati mereka yang mengutuknya. Orang
memperoleh pengampunan melalui pertobatan yang sungguh-sungguh, bukan melalui
uang. Para doktor di fakultas teologi menjawab, tetapi tidak berhasil. Beberapa
hari kemudian beberapa pengikut Hus, yang dipimpin oleh Vok Voksa z Valdštejna,
membakar bula-bula kepausan. Hus, kata mereka, harus ditaati dan bukan para
gerombolan palsu yang terdiri dari pezinah dan Simonis yang mereka sebut
sebagai Gereja. Sebagai jawaban, tiga orang dari kelas bawah yang secara
terbuka menentang para pengkhotbah ketika mereka membawakan khotbah-khotbahnya,
dan menyebut indulgensia sebagai penipuan dipenggal kepalanya. Mereka
belakangan dinyatakan sebagai para syahid pertama Gereja Hussit. Para dosen teologi
meminta Hus menyampaikan pidato-pidato dan doktrin-doktrinnya kepada dekan
untuk diteliti, namun ia menolak.
Sementara
itu, dewan dosen kembali mengutuk ke-45 artikel dan menambahkan lagi beberapa
tesis yang sesat yang berasal dari Hus. Raja melarang pengajaran
artikel-artikel ini, namun baik Hus maupun Universitas tidak menaati peraturan
itu, dan malah meminta agar pertama-tama dibuktikan dahulu bahwa
artikel-artikel tersebut tidak alkitabiah.
§ Pembangkangan lebih lanjut
Gejolak di Praha membangkitkan sensasi, yang tidak menggembirakan pihak Roma, utusan paus, dan Uskup Agung Albik berusaha membujuk Hus agar menghentikan perlawanannya terhadap bula-bula kepausan. Raja berusaha, namun gagal, untuk mendamaikan kedua belah pihak. Sementara itu para rohaniwan Praha, melalui Michael de Causis, mengajukan keluhan-keluhan mereka ke hadapan Paus, dan Paus memerintahkan Kardinal dari St. Angelo untuk mengambil tindakan terhadap Hus tanpa kasihan. Kardinal menempatkan Hus di bawah larangan keras Gereja. Hus harus ditangkap dan diserahkan kepada Uskup Agung, dan kapelnya harus dihancurkan. Hal ini diikuti oleh langkah-langkah yang lebih keras terhadap Hus dan para pengikutnya, dan pada gilirannya langkah-langkah balasan dari kaum Hussit, termasuk imbauan oleh Hus bahwa Yesus Kristuslah, dan bukan Paus, yang merupakan hakim tertinggi. Hal ini semakin meningkatkan semangat di antara rakyat. Wenceslaus memaksa Hus meninggalkan Praha, namun keberangkatannya tidak banyak mengurangi kegairahan yang telah terjadi di kalangan rakyat.
Karena
sedih melihat negerinya dicemari oleh tuduhan ajaran sesat,
Raja melakukan berupaya keras untuk mengharmoniskan pihak-pihak yang
berlawanan. Pada 1412 ia mengumpulkan para pemimpin kerajaannya untuk
berkonsultasi, dan berdasarkan usul mereka memerintahkan agar sebuah sinode
diselenggarakan di Český Brod pada 2 Februari
1412. Pertemuan itu tidak
berlangsung di sana, melainkan di istana para uskup agung di Praha, dengan
maksud mencegah partisipasi Hus. Usul-usul disusun untuk memulihkan perdamaian
di dalam Gereja, Hus secara khusus menuntut agar Bohemia memiliki kebebasan
yang sama dalam urusan-urusan gerejawi seperti halnya negara-negara lain dan
bahwa karenanya persetujuan dan kutukan hanya boleh diumumkan berdasarkan izin
kekuasaan negara. Ini sepenuhnya adalah doktrin Wycliffe (Sermones, iii.
519, dll.). Lalu muncullah sejumlah traktat dari kedua belah pihak, namun
keharmonisan tidak tercapai. "Bahkan bila saya harus berdiri di tiang yang
telah disiapkan untuk saya," Hus menulis saat itu, "saya tidak akan
pernah menerima rekomendasi dewan dosen teologi." Sinode tidak
menghasilkan apa-apa, tetapi Raja memerintahkan agar sebuah komisi meneruskan upaya
rekonsiliasi.
Para
doktor dari Universitas menuntut agar Hus dan para pengikutnya mengeluarkan
persetujuan mereka tentang konsep mengenai Gereja, yang menyatakan bahwa Paus
adalah kepalanya, dan para Kardinal adalah tubuh Gereja, dan bahwa semua peraturan
Gereja ini harus ditaati. Hus memprotes keras konsep ini karena hal ini
menjadikan Paus dan para kardinal saja sebagai Gereja. Namun demikian, kelompok
Hussit tampaknya berusaha keras untuk mencapai rekonsiliasi. Terhadap bagian
yang menyatakan bahwa hanya Gereja Roma sajalah yang harus ditaati, mereka
hanya menambahkan “sejauh setiap orang Kristen yang saleh terikat".
Stanislav ze Znojma dan Štěpán Páleč memprotes
penambahan ini dan meninggalkan pertemuan. Raja mengucilkan mereka,
bersama-sama dengan dua orang juru bicara lainnya. Tentang tuliasn-tulisan yang
ditimbulkan oleh pertikaian-pertikaian ini, yaitu tulisan tentang pandangan Hus
mengenai Gereja (De ecclesia) telah sering dikutip dan dikagumi atau
dikritik, namun demikian pernyataan itu muncul dalam 10 pasal pertamanya dan
hanya merupakan bagian kecil dari karya Wycliffe dengan judul yang sam. Dan
pada pasal-pasal berikutnya muncul sebuah ringkasan dari karya oleh penulis
yang sama, (De potentate pape) tentang kekuasaan paus Wycliffe telah
menulis bukunya untuk melawan pandangan umum bahwa Gereja hanya terdiri atas
kaum agamawan. Kini Hus menemukan dirinya berada dalam kondisi yang sama. Ia
menulis karyanya di benteng dari salah satu pelindungnya di Kozí Hrádek (dekat Austria),
dan mengirimkannya ke Praha. Di sana karya ini diterbitkan dan dibaca luas di
kapel Betlehem. Tulisan ini dijawab oleh Stanislav ze Znojma dan Páleč
dengan traktat-traktat dengan judul yang sama.
Setelah
lawan-lawan Hus yang paling keras meninggalkan Praha, para pengikutnya
menduduki seluruh lapangan. Hus menulis traktat-traktatnya dan berkhotbah di
lingkungan Kozí Hrádek. Wyclifisme Bohemia diperkenalkan ke Polandia,
Hongaria,
Kroasia,
dan Austria;
tetapi pada saat yang sama pengadilan paus juga tidak aktif. Pada Januari 1413,
sebuah sidang umum diselenggarakan di Roma yang mengutuk
tulisan-tulisan Wycliffe dan memerintahkan semuanya dibakar.
§ Konsili Konstanz
Untuk
mengakhiri skisma kepausan dan melaksanakan pemaruan Gereja yang telah lama
diharapkan, sebuah Konsili umum direncanakan untuk diadakan pada 1 November
1414, di Konstanz,
Jerman).
Kaisar Sigismund
dari Luxemburg, saudara dari Wenceslaus, dan pewaris takhta Bohemia,
ingin sekali membersihkan negaranya dari noda ajaran sesat. Hus pun bersedia
mengakhiri semua perlawanannya, dan dengan gembira mengikuti permintaan
Sigismund untuk pergi ke Konstanz. Dari khotbah-khotbah yang dibawanya
bersamanya, jelas bahwa ia bermaksud untuk mengubah pikiran para pastor yang
hadir dalam pertemuan itu hingga mengikuti doktrin-doktrin utamanya (yaitu
doktrin-doktrin Wycliffe). Sigismund menjanjikan kepadanya perlindungan raja,
menjamin keamanannya selama dalam perjalanannya; sebagai pemimpin sekuler ia
tidak akan dapat memberikan jaminan apapun kepada Hus di pengadilan Paus, suatu
fakta yang mestinya disadari oleh Hus. Namun demikian, Hus mungkin
memperhitungkan bahwa jaminan perlindungan raja juga merupakan tanda bahwa raja
berpihak kepadanya dan bahwa karenanya ia dapat mengandalkan dukungan raja selama
proses peradilannya.
Tidak
jelas apakah Hus tahu apa yang menanti nasibnya kelak; ia mengumpulkan
kesaksian-kesaksian untuk membuktikan kepada Konsili ortodoksinya, namun
demikian ia juga meninggalkan pesan-pesan terakhirnya sebelum berangkat. Ia
memulai perjalanannya pada 11 Oktober 1414; pada 3 November
1414, ia tiba di Konstanz,
dan pada hari berikutnya bulletin-buletin di pintu-pintu gereja mengumumkan
bahwa Michal z Německého Brodu
akan menjadi lawan Hus, "si penyesat". Pada mulanya Hus memiliki
kebebasan, tinggal di rumah seorang janda, namun setelah beberapa minggu
lawan-lawannya berhasil memenjarakannya, berdasarkan desas-desus bahwa ia
bermaksud melarikan diri. Ia pertama-tama dibawa ke rumah seorang kanon,
dan kemudian, pada 8 Desember 1414, dijebloskan ke
penjara di sebuah biara Dominikan. Sigismund marah sekali, karena sebelumnya ia
telah menjanjikan perlindungan raja, dan mengancam para pejabat gereja untuk
memecat mereka, namun ketika kepadanya diberitahukan bahwa bila ia melakukan
hal itu, maka Konsili akan dibubarkan, ia pun menyerah.
Pada 4 Desember
1414, Paus mempercayai
sebuah komisi yang terdiri atas tiga orang uskup untuk melakukan penelitian
pendahuluan atas Hus. Saksi-saksi yang memberatkan didengar, tetapi kepada Hus
tidak diberikan pembela. Situasinya menjadi semakin buruk setelah terjadinya bencana
Yohanes XXIII,
yang telah meninggalkan Konstanz agar ia tidak harus mengundurkan diri dari jabatan
kepausannya. Sejauh itu Hus telah menjadi tawanan paus dan tetap berhubungan
dengan sahabat-sahabatnya, namun kini ia diserahkan kepada Uskup Agung Konstanz
dan dibawa ke istananya, Gottlieben di S. Rhein. Di situ ia tinggal
selama 73 hari, terpisah dari sahabat-sahabatnya, dirantai siang dan malam,
tidak diberi cukup makanan, dan tersiksa karena penyakit.
§ Pengadilan Hus
Pada 5 Juni
1415, untuk pertama
kalinya ia diadili, dan untuk maksud tersebut ia dipindahkan ke sebuah biara
Fransiskan, dan di sana ia tinggal melewati minggu-minggu terakhir hidupnya. Ia
mengakui tulisan-tulisan tentang Gereja menentang Znojma, Páleč,
serta Stanislaus dari Znaim, sebagai tulisan-tulisannya, dan menyatakan dirinya
bersedia mencabutnya bila ternyata memang ia terbukti salah. Hus mengakui
penghormatannya terhadap Wycliffe, dan berkata bahwa ia hanya dapat berharap
agar jiwanya suatu kali akan tiba di suatu tempat di mana jiwa Wycliffe juga
berada. Di pihak lain, ia membantah bahwa ia pernah mempertahankan doktrin
Wycliffe tentang Perjamuan Kudus, atau ke-45 artikel. Ia hanya menentang
pengutukan yang dijatuhkan secara sumir. Raja memperingatkannya agar ia
menyerahkan dirinya kepada belas kasihan Konsili, karena ia tidak berniat untuk
melindungi seorang penyesat. Pada pengadilan yang terakhir, pada 8 Juni
1415, dibacakan kepadanya
39 kalimat, 26 di antaranya diambil dari bukunya tentang Gereja, tujuh dari
traktatnya melawan Páleč, dan enam daripadanya terhadap Stanislav
ze Znojma. Bahaya dari sebagian dari doktrin-doktrin ini sehubungan dengan
kuasa dunaia dijelaskan kepada kaisar agar ia terhasut untuk memberatkan Hus.
Hus sendiri menyatakan dirinya rela tunduk kalau ia diyakinkan akan
kesalahan-kesalahannya. Ia hanya menginginkan peradilan yang lebih adil dan
lebih banyak waktu untuk menjelaskan alasan-alasan pandangan-pandangan nya.
Bila alasan-alasannya dan teks-teks Alkitab
tidak memadai, ia dengan gembira bersedia diajari. Pernyataan ini dianggap
sebagai penyerahan tanpa syarat, dan ia diminta untuk mengakui:
- bahwa ia telah keliru dalam hal-hal ini dan karena itu ia menyatakan;
- bahwa ia akan meninggalkannya pada masa depan;
- bahwa ia mencabut ajaran-ajarannya; dan
- bahwa ia menyatakan yang sebaliknya dari kalimat-kalimat tersebut.
· Hukuman dan eksekusi
Hukuman
dijatuhkan pada 6 Juli
1415, di hadapan
persidangan Konsili yang khidmat di Katedral. Setelah misa dan liturgi, Hus
dibawa masuk ke dalam gereja. Uskup Lodi
menyampaikan pidato tentang tugas untuk membasmi ajaran sesat; lalu beberapa
dalil Hus dan Wycliffe dan sebuah laporan peradilannya dibacakan. Hus beberapa
kali memprotes dengan suara keras, dan ketika bandingnya kepada Kristus ditolak
sebagai ajaran sesat yang layak dikutuk, ia berseru, "O Allah dan Tuhan,
kini Konsili malah mengutuk tindakan-Mu sendiri dan hukum-Mu dianggap sebagai
ajaran sesat, karena Engkau sendirilah yang telah meletakkan perintah-Mu di
hadapan Bapa-Mu sebagai hakim yang adil, sebagai teladan untuk kami semua,
setiap kali kami ditindas dengan hebat."
Seorang
pejabat gerejawi Italia membacakan kalimat-kalimat kutukan terhadap Hus dan
tulisan-tulisannya. Ia sekali lagi memprotes dengan keras, dan mengatakan bahwa
bahkan pada saat itu pun ia tidak menginginkan apa-apa selain daripada
diyakinkan berdasarkan Alkitab. Ia terjatuh di kedua lututnya dan memohon kepada
Allah dengan suara yang rendah untuk mengampuni semua musuhnya. Kemudian ia
direndahkan — ia mengenakan pakaian sebagai imam dan sekali lagi diminta untuk
mencabut ajarannya, dan sekali lagi ia menolak.
Dengan
kutukan-kutukan ornamen-ornamennya dicabut daripadanya, jubah imamnya
dirusakkan, dan tanda-tanda imamatnya dihancurkan, serta kepadanya dibacakan
hukuman bahwa Gereja telah mencabut semua haknya dan menyerahkannya kepada
kekuasaan sekular. Kemudian sebuah topi kertas yang tinggi diletakkan di atas
kepalanya dengan tulisan "Haeresiarcha" (=pemimpin gerakan penyesat).
Kemudian Hus dibawa ke tiang yang dijaga ketat oleh sejumlah pengawal
bersenjata. Di tempat eksekusi itu ia berlutut, membentangkan tangannya, dan
berdoa keras-keras. Sebagian orang meminta agar kepadanya diberikan seorang
konfesor (pastor yang menerima pengakuan dosa), namun seorang imam berseru
bahwa seorang penyesat tidak boleh didengarkan atau diberikan kepadanya seorang
konfesor. Para algojo kemudian menelanjangi Hus dan dan mengikat lengannya ke
belakang dengan tali dan lehernya dengan rantai ke sebuah tiang. Di sekitarnya
telah ditumpukkan kayu dan jerami sehingga ia tertutup hingga ke leher. Pada
detik-detik terakhir, kepala penjara, Von Pappenheim, di hadapan Pangeran Palatin,
memintanya untuk mencabut kata-katanya dan dengan demikian menyelamatkan
nyawanya, tetapi Hus menolaknya dengan kata-kata "Allah adalah saksiku
bahwa aku tidak pernah mengajarkan apa yang telah dituduhkan kepadaku oleh
saksi-saksi palsu. Dalam kebenaran Injil yang telah kutuliskan, ajarkan, dan
beritakan, aku akan mati hari ini dengan suka cita."
Api
dinyalakan. Hus kemudian menyanyikan lagu, "Kristus, Anak Allah yang
hidup, kasihanilah aku". Ketika ia mulai menyanyikan lagu ini untuk ketiga
kalinya dan melanjutkan "... yang dilahirkan oleh Perawan Maria",
angin meniupkan lidah api ke wajahnya; ia masih menggerakkan bibirnya dan
kepalanya dan kemudian meninggal karena tidak bisa bernapas. Pakaiannya
dilemparkan ke dalam api, abunya dikumpulkan dan dibuang ke Sungai Rhein yang
ada di dekat situ. Sejumlah sumber melaporkan bahwa ia mengatakan "O
sancta simplicitas!" ("Oh kesederhanaan yang kudus!") ketika ia
berdiri di tiang dan melihat seorang perempuan menambahkan lebih banyak kayu ke
situ.
Pada 18 Desember
1999, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan
pernyataan maaf atas hukuman mati terhadap Jan Hus.
· Kesarjanaan dan ajaran-ajaran Hus
Di
masa hidup Hus, bangsa Ceko mencintainya sebagai nabi dan rasul mereka; kini mereka
menghormatinya sebagai santo dan syahid mereka. Namun demikian, kesarjanaannya
telah dikritik. Pengetahuan Hus tidak cukup universal; setiap kali ia berbicara
di luar Wycliffe, ia gagal dan jadi membosankan atau berputar-putar. Ia hanya
meninggalkan beberapa tulisan reformasi dalam pengertian yang sesungguhnya.
Kebanyakan karyanya adalah traktat-traktat polemik melawan Stanislav ze Znojma
dan Štěpán Páleč. orang meragukan
apakah ia benar-benar mengenal semua karya Wycliffe. Ia menerjemahkan Trialogus,
dan mengenal baik karya-karyanya tentang Tuhan, tentang Gereja, tentang
kekuasaan paus, dan khususnya khotbah-khotbahnya. Apa yang dikatakannya dalam
khotbah-khotbahnya tentang korupsi Gereja, kaum agamawan, dan biarawan, tentang
tugas-tugas kekuasaan sekular, dll. hampir semuanya diambil dari Wycliffe. Tiga
khotbahnya yang besar, De sufficientia legis Christi, De fidei suae
elucidatione, dan De pace, yang ia piker dapat memengaruhi seluruh
Konsili di Konstanz, adalah reproduksi ulang dari khotbah-khotbah Wycliffe. Ia
mengklaim bahwa ia tidak mngikuti pandangan-pandangan Wycliffe tentang
sakramen, tetapi hal ini diragukan. Ada alasan-alasan untuk menduga bahwa
doktrin Wycliffe tentang Perjamuan Kudus telah menyebar ke Praha bahkan sejak
1399. Setelah dilarang pada 1403, doktrin ini malah semakin luas menyebar, dan
Hus mengkhotbahkan dan mengajarkannya, meskipun ada kemungkinan bahwa ia hanya
mengulanginya tanpa benar-benar mengajarkannya. Tetapi doktrin ini diterima
dengan penuh semangat oleh kelompok radikal, kaum Taborit, yang menjadikannya
titik sentral dalam system mereka.
Buku
tentang Gereja dan tentang kekuasaan paus mengandung inti doktrin Hus. Menurut
buku ini, Gereja bukanlah hirarkhi yang biasanya disebut sebagai Gereja; Gereja
adalah keseluruhan kumpulan dari mereka yang sejak kekekalan telah
dipredestinasikan (ditetapkan) untuk diselamatkan. Kristus, bukannya paus,
adalah kepalanya. Ketaatan kepada paus bukanlah suatu artikel iman yang menjadi
prasyarat bagi keselamatan. Demikian pula keanggotaan eksternal di dalam Gereja
maupun jabatan-jabatan dan kehormatan gerejawi bukan jaminan bahwa orang yang
dimaksud merupakan anggota Gereja yang sejati.
Setelah
kematian Hus, para pengikutnya, yang saat itu dikenal sebagai kaum Hussit, terpecah menjadi
kaum Utrakuis, dan belakangan Taborit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar