Y
|
ohanes Krisostomus
adalah Uskup Agung Konstantinopel. Dia tersohor karena kefasihannya
dalam berkhotbah dan berpidato di muka umum, penentangannya terhadap
penyalahgunaan wewenang baik oleh para pemimpin gereja maupun para pemimpin
politik, Liturgi Santo Yohanes Krisostomus, dan sensibilitas asketiknya
Sesudah kematiannya, dia diberi julukan Chrysostomos, kata Yunani yang
berarti "Si Mulut Emas", ditransliterasi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Krisostomus Gereja
Ortodoks dan Gereja-Gereja
Katolik Timur menghormatinya sebagai seorang santo (hari peringatan, 13 November) dan menempatkannya sebagai salah satu
dari Tiga Hierark Kudus (hari peringatan, 30 Januari), bersama Santo Basil Agung dan Santo Gregorius sang Teolog. Dia diakui oleh Gereja
Katolik Roma sebagai seorang santo dan Doktor
Gereja. Gereja-Gereja
Barat, termasuk Gereja Katolik Roma, Gereja Inggris, dan Gereja Lutheran memperingatinya tiap tanggal 13 September. Relikui Yohanes Krisostomus diambil
dari Konstantinopel oleh para prajurit Perang Salib IV pada tahun 1204 dan dibawa ke Roma,
namun dikembalikan pada tanggal 27 November 2004 oleh Paus Yohanes Paulus II.
Krisostomus dikenal dalam Kekristenan terutama sebagai
seorang pengkhotbah dan pakar liturgi, khususnya dalam Gereja Ortodoks
Timur. Di luar
tradisi Kristiani, Krisostomus dikenal karena delapan khotbahnya yang cukup
berperan dalam sejarah Antisemitisme Kristiani, dan digunakan secara ekstensif oleh Nazi dalam kampanye ideologis mereka
menentang kaum Yahudi.
Dia kadang kala disebut Yohanes dari Antiokhia,
akan tetapi nama itu lebih tepat digunakan untuk menyebut uskup Antiokhia yang bernama Yohanes
(429-441), yang memimpin sekelompok uskup Timur moderat dalam kontroversi Nestorianisme. Yohanes Krisostomus juga secara
keliru dikira adalah orang yang sama dengan Dio Chrysostom.
Sejak
kecil Yohanes dididik seperti cara hidup bangsawan. Saat masih muda, Yohanes
belajar retorika (ilmu pidato) di bawah bimbingan Libanius, seorang ahli pidato
yang terkenal pada masa itu. Yohanes dibaptis saat usianya menginjak 20 tahun.
Setelah itu, ia tinggal di biara dan belajar teologi di bawah bimbingan
Diodorus dari Tarsus, seorang pemimpin Sekolah Teologi Antiokhia. Setelah
menyelesaikan studinya, dia hidup menyendiri sebagai rahib di pegunungan
Antiokhia selama 6 tahun, lalu kembali ke kota. Di kota, Yohanes ditahbiskan
menjadi diakon oleh Uskup Meletius dan pada tahun 386 ditahbiskan menjadi imam
oleh Uskup Flavian I dari Antiokhia. Di Antiokhialah Yohanes diutus untuk mewartakan
Injil. Keahliannya berpidato dimanfaatkannya dengan baik untuk menyampaikan
ajaran Tuhan kepada umatnya. Khotbahnya menarik dan mendalam, ia menguraikan
makna Kitab Suci dengan menerangkan arti setiap teks Kitab Suci bagi kehidupan
secara mendalam dan jelas. Pengetahuannya yang luas dan pemahaman yang mendalam
terhadap ayat-ayat Kitab Suci, menjadikan dia seorang tokoh karismatis,
terutama dalam khotbah-khotbahnya. Semenjak itu, Yohanes menjadi seorang imam
yang populer di kalangan umat dan memiliki banyak pendukung dari Antiokhia
maupun Konstantinopel.
Di
antara para Bapa Gereja Yunani, tak seorang pun dari mereka yang meninggalkan
literatur yang begitu luas, selain Yohanes Krisostomus. Tulisan-tulisannya
dilindungi karena gaya bahasa yang indah dan merupakan warisan iman kristiani
pada zaman itu. Umumnya, karya-karya Krisostomus berupa khotbah-khotbah,
memberikan pesan-pesan tentang konsep kehidupan iman Kristen yang patut
dihayati. Adapun karya- karyanya antara lain:
1.
Homili eksegesis terhadap Perjanjian Lama (Kitab Kejadian, Kitab Mazmur, dan
Kitab Yesaya) dan Perjanjian Baru (Injil Matius dan Yohanes, Kisah Para Rasul,
Surat Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika, dan Ibrani).
Karena karya-karyanya ini, Yohanes diberi gelar sebagai "doctor
ecclesiae" (Pujangga Gereja). Homili-homilinya mengungkapkan kedalaman
pikirannya dalam bentuk eksposisi.
2.
Homili-homili dogmatik yang dibagi menjadi tiga bagian: kodrat Allah,
pembaptisan (ditemukan oleh A. Wenger pada tahun 1955 di Biara Strivonikita di
gunung Athos), dan homili-homili melawan Yahudi. Seluruh khotbah ini hendak
menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi telah menolak Mesias, seperti yang telah
dikatakan oleh para nabi.
3.
Diskursus moral (pembelaan iman terhadap okultisme, tahyul, magis, dan
kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa itu).
4.
Khotbah-khotbah liturgi (Khotbah Natal 25 Desember 386 dan Khotbah Trihari
Suci).
5.
Khotbah-khotbah yang berperan dalam sejarah Antisemitisme Kristiani dan
digunakan secara ekstensif oleh Nazi dalam kampanye ideologis mereka menentang
kaum Yahudi.
Dalam
salah satu karyanya yang berjudul "Treatise Concerning The Christian
Priesthood", yang terdiri dari enam buku, Yohanes Krisostomus menulis
tentang uraian hidup dan karya imam. Dalam karyanya ini, ia memulai
percakapannya dengan sahabatnya, Basil, dan mereka berdiskusi tentang kehidupan
seorang imam.
Dalam
khotbah-khotbahnya, Yohanes sering mendengung-dengungkan tentang tanggung jawab
para imam. Tokoh Alkitab yang menginspirasinya adalah Rasul Paulus. Menurutnya,
tidak ada seorang pun yang mencintai Kristus seperti Rasul Paulus. Kehidupan
dan totalitas Rasul Paulus dalam melayani Tuhan seharusnya menjadi teladan umat
percaya. Kebergantungan dan kerendahan hati Rasul Paulus untuk menerima
kekuatan Allah di balik kelemahannya, menginspirasinya untuk tidak mengandalkan
kekuatannya sendiri dalam menghasilkan karya-karyanya, tetapi bergantung
sepenuhnya pada rahmat dan belas kasihan Tuhan.
Pada
tahun 397 setelah Nectarius (Patriark Konstantinopel) meninggal, Yohanes
dipilih sebagai Uskup Konstantinopel. Karena kehidupan susila penduduk kota
saat itu sangat merosot, dia rindu melakukan pembaruan moral di seluruh kota,
termasuk di kalangan rohaniwan. Dengan berlandaskan keyakinan pada Sabda Tuhan,
ia memberikan khotbah yang tepat, mengena, tegas, dan terus terang. Namun
justru karena khotbah-khotbahnya itulah, banyak pembesar kota dan uskup yang
membencinya. Bahkan, ia pernah dikucilkan oleh para uskup. Akan tetapi, hal itu
tidak menyurutkan semangatnya untuk menegakkan kebenaran Tuhan.
Pada
tahun 398, Yohanes diangkat sebagai uskup ke-12 di Takhta Konstantinopel.
Kehidupannya saat menjabat sebagai Patriark Konstantinopel penuh kontroversi.
Pembawaan khotbah yang terus terang membuatnya dimusuhi petinggi-petinggi
kekaisaran maupun gereja. Dia pun terseret dalam politik yang rumit oleh Kaisar
Arcadius dan istrinya yang berkuasa, Eudoxia. Akhirnya, musuh-musuh Yohanes
yang dipimpin oleh Patriark Theopilus dari Alexandria yang tak bermoral, membuatnya
dikutuk oleh konsili semu yang dipadati oleh para musuhnya pada bulan September
403. Setelah peristiwa ini, dia menjalani pembuangan yang pertama. Beberapa
waktu kemudian, dia dibebaskan. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama.
Suatu ketika, Eudoxia merasa sangat marah terhadap Yohanes atas homili yang
disangkanya ditujukan kepadanya. Karena sakit hatinya ini, dia mengatur rencana
untuk membuang kembali Yohanes Krisostomus pada tanggal 9 Juni 404.
Pertama-tama Yohanes disingkirkan ke kota di pegunungan di sebelah selatan
Turki, tetapi pada awal tahun 407 dia dipindahkan ke Pythius, di wilayah yang
terjauh dari kekaisaran. Dalam perjalanan menuju Asia Kecil, akhirnya Yohanes
meninggal dunia, tepatnya tanggal 14 September 407.
Secara
umum, cara berpikir Yohanes Krisostomus berbeda dengan cara berpikir Bapa-bapa
Gereja Kapadokia. Yohanes bukanlah seorang pemikir spekulatif yang memberi
sumbangan berharga bagi pemahaman atas doktrin Trinitas. Dia adalah seorang
guru praktis yang berusaha mengemukakan makna doktrinal, moral, dan spiritual
dari ayat-ayat Alkitab bagi para pendengarnya. Namun demikian, tulisan-tulisan
Yohanes Krisostomus dibuat tidak untuk dijadikan argumen dalam menghadapi kaum
bidah, tetapi lebih digunakan sebagai "jendela" dunia Kristen kuno.
Dia ingin mengajak umat untuk memiliki hidup Kristen yang konkret dan aktual di
dunia yang masih setengah pagan ini. Dia bersemangat untuk membimbing jemaatnya
pada doktrin-doktrin ortodoks yang bisa menghindarkan mereka dari berbagai
bentuk bidah Kristen yang mereka temui sehari-hari. Dia juga sangat peduli
untuk memberikan instruksi-instruksi moral, baik yang positif (mengenai
penyangkalan diri, doa, dan penitensi) maupun yang negatif (menghindari bahaya
teater dan gelanggang permainan).
Untuk
menghargai jasa-jasa dan warisan pemikiran yang ditinggalkannya bagi dunia
kekristenan, gereja-gereja Barat (termasuk Gereja Katolik Roma, Gereja Inggris,
dan Gereja Lutheran) mengadakan peringatan bagi Yohanes dalam ritus Latin
setiap tanggal 13 September.
Sumber bacaan:
1. Wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar