Minggu, 02 September 2012

Yohanes Krisostomus "Kefasihan Berkhotbah"

Y
ohanes Krisostomus  adalah Uskup Agung Konstantinopel. Dia tersohor karena kefasihannya dalam berkhotbah dan berpidato di muka umum, penentangannya terhadap penyalahgunaan wewenang baik oleh para pemimpin gereja maupun para pemimpin politik, Liturgi Santo Yohanes Krisostomus, dan sensibilitas asketiknya Sesudah kematiannya, dia diberi julukan Chrysostomos, kata Yunani yang berarti "Si Mulut Emas", ditransliterasi ke dalam Bahasa Indonesia menjadi Krisostomus Gereja Ortodoks dan Gereja-Gereja Katolik Timur menghormatinya sebagai seorang santo (hari peringatan, 13 November) dan menempatkannya sebagai salah satu dari Tiga Hierark Kudus (hari peringatan, 30 Januari), bersama Santo Basil Agung dan Santo Gregorius sang Teolog. Dia diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai seorang santo dan Doktor Gereja. Gereja-Gereja Barat, termasuk Gereja Katolik Roma, Gereja Inggris, dan Gereja Lutheran memperingatinya tiap tanggal 13 September. Relikui Yohanes Krisostomus diambil dari Konstantinopel oleh para prajurit Perang Salib IV pada tahun 1204 dan dibawa ke Roma, namun dikembalikan pada tanggal 27 November 2004 oleh Paus Yohanes Paulus II
 Krisostomus dikenal dalam Kekristenan terutama sebagai seorang pengkhotbah dan pakar liturgi, khususnya dalam Gereja Ortodoks Timur. Di luar tradisi Kristiani, Krisostomus dikenal karena delapan khotbahnya yang cukup berperan dalam sejarah Antisemitisme Kristiani, dan digunakan secara ekstensif oleh Nazi dalam kampanye ideologis mereka menentang kaum Yahudi.
Dia kadang kala disebut Yohanes dari Antiokhia, akan tetapi nama itu lebih tepat digunakan untuk menyebut uskup Antiokhia yang bernama Yohanes (429-441), yang memimpin sekelompok uskup Timur moderat dalam kontroversi Nestorianisme. Yohanes Krisostomus juga secara keliru dikira adalah orang yang sama dengan Dio Chrysostom.
Sejak kecil Yohanes dididik seperti cara hidup bangsawan. Saat masih muda, Yohanes belajar retorika (ilmu pidato) di bawah bimbingan Libanius, seorang ahli pidato yang terkenal pada masa itu. Yohanes dibaptis saat usianya menginjak 20 tahun. Setelah itu, ia tinggal di biara dan belajar teologi di bawah bimbingan Diodorus dari Tarsus, seorang pemimpin Sekolah Teologi Antiokhia. Setelah menyelesaikan studinya, dia hidup menyendiri sebagai rahib di pegunungan Antiokhia selama 6 tahun, lalu kembali ke kota. Di kota, Yohanes ditahbiskan menjadi diakon oleh Uskup Meletius dan pada tahun 386 ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Flavian I dari Antiokhia. Di Antiokhialah Yohanes diutus untuk mewartakan Injil. Keahliannya berpidato dimanfaatkannya dengan baik untuk menyampaikan ajaran Tuhan kepada umatnya. Khotbahnya menarik dan mendalam, ia menguraikan makna Kitab Suci dengan menerangkan arti setiap teks Kitab Suci bagi kehidupan secara mendalam dan jelas. Pengetahuannya yang luas dan pemahaman yang mendalam terhadap ayat-ayat Kitab Suci, menjadikan dia seorang tokoh karismatis, terutama dalam khotbah-khotbahnya. Semenjak itu, Yohanes menjadi seorang imam yang populer di kalangan umat dan memiliki banyak pendukung dari Antiokhia maupun Konstantinopel.
Di antara para Bapa Gereja Yunani, tak seorang pun dari mereka yang meninggalkan literatur yang begitu luas, selain Yohanes Krisostomus. Tulisan-tulisannya dilindungi karena gaya bahasa yang indah dan merupakan warisan iman kristiani pada zaman itu. Umumnya, karya-karya Krisostomus berupa khotbah-khotbah, memberikan pesan-pesan tentang konsep kehidupan iman Kristen yang patut dihayati. Adapun karya- karyanya antara lain:
1. Homili eksegesis terhadap Perjanjian Lama (Kitab Kejadian, Kitab Mazmur, dan Kitab Yesaya) dan Perjanjian Baru (Injil Matius dan Yohanes, Kisah Para Rasul, Surat Roma, Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika, dan Ibrani). Karena karya-karyanya ini, Yohanes diberi gelar sebagai "doctor ecclesiae" (Pujangga Gereja). Homili-homilinya mengungkapkan kedalaman pikirannya dalam bentuk eksposisi.
2. Homili-homili dogmatik yang dibagi menjadi tiga bagian: kodrat Allah, pembaptisan (ditemukan oleh A. Wenger pada tahun 1955 di Biara Strivonikita di gunung Athos), dan homili-homili melawan Yahudi. Seluruh khotbah ini hendak menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi telah menolak Mesias, seperti yang telah dikatakan oleh para nabi.
3. Diskursus moral (pembelaan iman terhadap okultisme, tahyul, magis, dan kebiasaan-kebiasaan buruk pada masa itu).
4. Khotbah-khotbah liturgi (Khotbah Natal 25 Desember 386 dan Khotbah Trihari Suci).
5. Khotbah-khotbah yang berperan dalam sejarah Antisemitisme Kristiani dan digunakan secara ekstensif oleh Nazi dalam kampanye ideologis mereka menentang kaum Yahudi.
Dalam salah satu karyanya yang berjudul "Treatise Concerning The Christian Priesthood", yang terdiri dari enam buku, Yohanes Krisostomus menulis tentang uraian hidup dan karya imam. Dalam karyanya ini, ia memulai percakapannya dengan sahabatnya, Basil, dan mereka berdiskusi tentang kehidupan seorang imam.
Dalam khotbah-khotbahnya, Yohanes sering mendengung-dengungkan tentang tanggung jawab para imam. Tokoh Alkitab yang menginspirasinya adalah Rasul Paulus. Menurutnya, tidak ada seorang pun yang mencintai Kristus seperti Rasul Paulus. Kehidupan dan totalitas Rasul Paulus dalam melayani Tuhan seharusnya menjadi teladan umat percaya. Kebergantungan dan kerendahan hati Rasul Paulus untuk menerima kekuatan Allah di balik kelemahannya, menginspirasinya untuk tidak mengandalkan kekuatannya sendiri dalam menghasilkan karya-karyanya, tetapi bergantung sepenuhnya pada rahmat dan belas kasihan Tuhan.
Pada tahun 397 setelah Nectarius (Patriark Konstantinopel) meninggal, Yohanes dipilih sebagai Uskup Konstantinopel. Karena kehidupan susila penduduk kota saat itu sangat merosot, dia rindu melakukan pembaruan moral di seluruh kota, termasuk di kalangan rohaniwan. Dengan berlandaskan keyakinan pada Sabda Tuhan, ia memberikan khotbah yang tepat, mengena, tegas, dan terus terang. Namun justru karena khotbah-khotbahnya itulah, banyak pembesar kota dan uskup yang membencinya. Bahkan, ia pernah dikucilkan oleh para uskup. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menegakkan kebenaran Tuhan.
Pada tahun 398, Yohanes diangkat sebagai uskup ke-12 di Takhta Konstantinopel. Kehidupannya saat menjabat sebagai Patriark Konstantinopel penuh kontroversi. Pembawaan khotbah yang terus terang membuatnya dimusuhi petinggi-petinggi kekaisaran maupun gereja. Dia pun terseret dalam politik yang rumit oleh Kaisar Arcadius dan istrinya yang berkuasa, Eudoxia. Akhirnya, musuh-musuh Yohanes yang dipimpin oleh Patriark Theopilus dari Alexandria yang tak bermoral, membuatnya dikutuk oleh konsili semu yang dipadati oleh para musuhnya pada bulan September 403. Setelah peristiwa ini, dia menjalani pembuangan yang pertama. Beberapa waktu kemudian, dia dibebaskan. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama. Suatu ketika, Eudoxia merasa sangat marah terhadap Yohanes atas homili yang disangkanya ditujukan kepadanya. Karena sakit hatinya ini, dia mengatur rencana untuk membuang kembali Yohanes Krisostomus pada tanggal 9 Juni 404. Pertama-tama Yohanes disingkirkan ke kota di pegunungan di sebelah selatan Turki, tetapi pada awal tahun 407 dia dipindahkan ke Pythius, di wilayah yang terjauh dari kekaisaran. Dalam perjalanan menuju Asia Kecil, akhirnya Yohanes meninggal dunia, tepatnya tanggal 14 September 407.
Secara umum, cara berpikir Yohanes Krisostomus berbeda dengan cara berpikir Bapa-bapa Gereja Kapadokia. Yohanes bukanlah seorang pemikir spekulatif yang memberi sumbangan berharga bagi pemahaman atas doktrin Trinitas. Dia adalah seorang guru praktis yang berusaha mengemukakan makna doktrinal, moral, dan spiritual dari ayat-ayat Alkitab bagi para pendengarnya. Namun demikian, tulisan-tulisan Yohanes Krisostomus dibuat tidak untuk dijadikan argumen dalam menghadapi kaum bidah, tetapi lebih digunakan sebagai "jendela" dunia Kristen kuno. Dia ingin mengajak umat untuk memiliki hidup Kristen yang konkret dan aktual di dunia yang masih setengah pagan ini. Dia bersemangat untuk membimbing jemaatnya pada doktrin-doktrin ortodoks yang bisa menghindarkan mereka dari berbagai bentuk bidah Kristen yang mereka temui sehari-hari. Dia juga sangat peduli untuk memberikan instruksi-instruksi moral, baik yang positif (mengenai penyangkalan diri, doa, dan penitensi) maupun yang negatif (menghindari bahaya teater dan gelanggang permainan).
Untuk menghargai jasa-jasa dan warisan pemikiran yang ditinggalkannya bagi dunia kekristenan, gereja-gereja Barat (termasuk Gereja Katolik Roma, Gereja Inggris, dan Gereja Lutheran) mengadakan peringatan bagi Yohanes dalam ritus Latin setiap tanggal 13 September.
Sumber bacaan: 
1. Wikipedia  

Tidak ada komentar: