Rabu, 25 Februari 2015

BELAJARLAH KEPADA SEMUT


Bacaan: Amsal 6:6-11

Kemalasan merupakan kenyataan yang disoroti dalam masyarakat dari dulu sampai sekarang ini. Pada hakikatnya, kemalasanlah penyebab dari adanya kemiskinan. Kemalasan yang  berakibat pada kemiskinan, memang ditakutkan oleh para Guru Hikmat. Mereka kemudian berupaya mengajarkan agar umat memiliki hikmat sebagai panduan hidup. Ini dengan maksud, agar umat mencapai kehidupan sesuai dengan kehendak Ilahi demi  menikmati keberhasilan hidup. Amsal mencela orang pemalas bukan sekedar kemalasannya, tetapi dosa yang terkait dengan kemalasan itu. Kemiskinan yang diakibatkan oleh kemalasan adalah dosa.
    Belajar kepada semut menuntun umat untuk melihat ketekunan, disiplin dan kerajinan yang dilakukanya untuk menjaga hidup. Orang malas dapat belajar dari semut dengan memperhatikan bagaimana semut bekerja keras. Semut tak pernah berhenti bekerja dan tak memboroskan banyak waktu. Dengan belajar dari semut, pemalas didorong untuk meneladaninya dan menjadi bijak. Orang malas segan untuk mengantisipasi kesulitan masa depan dan tak mau bersiap untuk mengatasinya. Karena itu mereka akan mengisi hari-harinya dengan makan, foya-foya dan tidur. Seorang pemalas intelektualitasnya juga lemah, ia tidak hanya tak bersedia, tetapi memang tak mampu mengantisipasi kesulitan dan mencari solusinya. Kemalasan membuat ia tak dapat melindungi diri dari kemiskinan dan kekurangan yang datang seperti “penyerbu”.
    Semut dapat bekerja dengan hasil maksimal karena tiap-tiap semut mampu mendisplinkan dirinya. Spesifikasi dari sikap dan tingkahlaku semut, yang perlu diobservasi dan diteladani adalah pertama, semut tidak mempunyai pemimpin tetapi bekerja dengan teratur dan efiesen; kedua, semut mengumpulkan makanan untuk masa depan. Firman ini bertujuan untuk menegur perilaku umat supaya bangkit dan bekerja untuk melakukan pembaharuan hidup, agar kesejahteraan dinikmati. Kemalasan bukan hanya mengakibatkan kemalasan tapi juga dosa sebab dari kemalasan terbitlah berbagai niat jahat dan perbuatan-perbuatan jahat. Karena itu kemiskinan membutuhkan tindakan pembebasan yang dimulai dari si miskin sendiri, bukan dari orang lain. 

Tidak ada komentar: